terima kasih sudah membaca mohon saran dan kritiknya

Pemurah Tidak Pemarah, Ciri Ahlussunnah Menurut Abah Guru Sekumpul


Oleh: Muhammad Abdillah

Allah Subhanahu wa Ta'ala mensifati diri-Nya dengan kata Ar Rahman dan Ar Rahim yang diartikan dan diterjemahkan oleh Tafsir Al Qur'an Kementrian Agama dengan Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kemudian, adapula sifat Al Karim yang artinya Maha Mulia atau Maha Pemurah. Sebab, pemurah (tidak pelit) merupakan salah satu tanda bahwa dia merupakan seseorang yang mulia.

Dalam sebuah rekaman ulang video, Pengajian Syaikh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul) di Musholla Ar Raudhah sekitar tahun 2019an,  alfaqir pernah mendengar bahwa beliau mengatakan di antara ciri Ahlussunah Wal Jama'ah adalah pemurah tidak pemarah. Kalimat yang ringkas, tapi jika ditelaah, lebih lagi diamalkan sangat luarbiasa dalam maknanya dan sangat berarti ucapan beliau ini.

Sebagai sebuah manhaj, Ahlussunnah Wal Jama'ah diartikan sebagai orang-orang yang mengikuti dan berpegang Al Qur'an dan sunnah serta berpegang kepada Al Jama'ah yaitu para sahabat, tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in, para ulama yang warasatul anbiya (pewaris para nabi). Maka, apa kaitannya antara sifat pemurah dan Ahlussunah?. Yaitu hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berbunyi:
عن عائشة رضي الله عنهما قالت قال رسول الله صلى الله عليه وسلم السخيّ قريب من الله تعالى، قريب من الناس، قريب من الجنة، بعيد عن النار. والبخيل بعيد من الله تعالى، بعيد من الناس، بعيد من الجنة، قريب من النار. والجاهل السخيّ أحب إلى الله تعالى من العابد البخيل

Artinya, “Dari Aisyah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Orang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka. Sebaliknya, orang yang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dengan neraka. Orang bodoh yang dermawan lebih disukai oleh Allah daripada ahli ibadah yang kikir,’” (Lihat Abul Qasim Al-Qusyairi, Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah,[Kairo, Darus Salam: 2010 M/1431 H], halaman 135)

Sosok Abah Guru Sekumpul sendiri turut langsung mencontohkan apa yang beliau sampaikan, yaitu memiliki sifat pemurah baik itu pemurah harta dengan bersedekah sekian miliar, bahkan pemurah diri yaitu tidak memandang siapa yang mengundang, beliau pasti akan memenuhi hajat orang lain (di waktu beliau muda).  

Dalam riwayat, alfaqir pernah mendapat cerita ketika Abah Guru Sekumpul muda pernah diundang seseorang untuk mengisi sebuah acara, ketika acara selesai tuan rumah ingin memberi "hadiah", tetapi beliau menolak amplop pemberian tuan rumah tersebut, akan tetapi tuan rumah mengucapkan,"Ini gasan ongkos beca". Akhirnya, ketika beliau naik beca untuk pulang kembali dari acara, seluruh amplop pemberian tuan rumah tersebut beliau berikan seluruhnya kepada tukang beca, sehingga tukang beca tersebut pun terkejut karena mendapatkan amplop yang waktu itu memiliki nominal 2 juta rupiah!.

Cerita diatas hanya sedikit diantara cerita-cerita lain yang bisa membuat para muhibbin terkagum-kagum dengan akhlak beliau yaitu pemurah dan tidak pemarah. Belum lagi, menurut cerita orang-orang yang pernah bertamu ke rumah beliau, disambut dengan makanan dulu, jika selesai makan baru boleh pulang. Hal ini pun berlanjut ketika beliau sudah berpulang, yaitu beberapa tahun terakhir di momentum haul, ajaran beliau dari segi sifat pemurah dilanjutkan oleh para murid dan muhibbin yaitu senang berbagi menyambut tamu Abah Guru.

Hendaknya, sebagai muhibbin Abah Guru Sekumpul yang tidak pernah sama sekali bertemu langsung, kita perbanyak menggali dan mencari kisah akhlak dan keteladanan beliau dari murid-murid beliau yang masih ada yang sekarang tersebar di berbagai daerah di Kalimantan Selatan.

Dari cerita-cerita yang mengisahkan akhlak lebih baik dan bermanfaat daripada hanya menceritakan karamat/karomah beliau yang memang banyak terjadi di luar nalar akal manusia awam seperti kita. Sehingga, secara perlahan cinta tersebut berakhir pada pembuktian yang disebut dengan mutaba'ah, mengikuti kepada orang yang dicintai, dari segi akhlak dan amaliyah serta tingkah laku sehari-hari. Semoga kita diberikan taufik dan hidayah untuk mengikuti para salafus sholih yang akhirnya berpuncak kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam

Tabalong, Kamis 16 Januari 2025
Ibn Imansyah seorang santri tingkat ulya di PP Darussalam Martapura, dilahirkan di Banjarmasin dan dibesarkan di kota Tabalong.

0 Response to "Pemurah Tidak Pemarah, Ciri Ahlussunnah Menurut Abah Guru Sekumpul"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel