terima kasih sudah membaca mohon saran dan kritiknya

Sepandang kisah pembentukan jati diri




  Rabu 26  Agustus tahun 2020, nampak seperti hari hari biasa nya, menganggur tak ada kerjaan tak ada pilihan lain selain bermesraan dengan kasur bantal dan guling. Kali ini pembaringanku laksana magnet yang memiliki energi kuat menarik siapa saja yang mendekatinya. Sekitar tengah hari setelah waktu zuhur temannku menghubungiku dan mengingatkan ku kalau harus buka toko hari ini!.

Apalah daya langsunglah aku  bergegas menuju "toko" sederhana yang aku jaga sejak mendapatkan amanah dari seorang teman.Apa saja yang aku lakukan di toko?? yaa yang pasti adalah bersabar menunggu pelanggan datang untuk membeli pulsa atau voucher kuota internet.Entah kenapa aku sangat tertarik dengan pekerjaan ini walaupun ibarat kata penghasilannya tak seberapa.

Mengenai tentang pekerjaan sebenarnya usia ku sudah termasuk dari usia seorang pekerja.  Tetapi aku lebih memilih untuk menyelesaikan study ku di pondok dan pelan pelan sekitar 1 sampai 2 tahun ini aku harus memiliki penghasilan sendiri. Ditambah lagi sejak pandemi ini muncul para pelajar lain juga banyak yang berpindah profesi, yang awalnya hanya menganggur sekarang mendapat pekerjaan menjadi seorang penjual barang online atau yang lebih dikenal dengan online shop.

Sesuai dengan judul dari cerita ini, kali ini aku hanya ingin berbagi sedikit dan bercerita tentang pencarian jati diri, sejak usia sekitar 13 sampai 20 tahun mungkin adalah masa masa seseorang yang sedang kebingungan mencari jati dirinya sendiri, sering kali kita  yang baru mengenal dunia ini menentang apa yang diceritakan oleh orang dewasa tentang usia muda. Kita sering tak percaya karna kita belum mengalaminya. Tak jarang kita mengetahui tentang suka duka dunia adalah dari teman teman sebaya kita sendiri!.

Ada yang terjebak dengan sebuah pergaulan gelap, ada pula yang berada dilingkungan yang sehat tetapi jiwa nya menolak itu lantaran terjebak oleh opini orang lain. Sebagai pemuda milenial kita harus bisa memilah dan memilih siapa saja yang menjadi teman dekat kita,jangan sampai kita terjebak dan dimanfaatkan orang lain sehingga kita terjerumus kepada pergaulan bebas. Memilih dan memilah,  bagi kalian mungkin ada yang berpikiran, kok pendapat kamu rasis banget, harusnya kan dalam berkawan jangan pilih pilih. Hey bro... disini aku hanya menyampaikan opini pribadi, silahkan saja pertahankan prinsip anda karna aku tidak memaksa tetapi aku hanya ingin berbagi dari mana sih pembentuk karakter kita yang paling dominan?. 

Pembentukan karakter pemuda dan pemudi bangsa sangat berpengaruh terhadap bangsa nya yang akan datang, karna pemuda yang sekarang adalah calon aki aki di  masa depan, nggak malu apa jika kalian menceritakan masa lalu kalian hanya di isi dengan bermain game?, kan nggak lucu, mereka para cucu cucu mu akan tertawa bebas setelah mendengar kakeknya hanya bisa bermain game.Ayolah gaes.. Jangan sampai sejarah hidupmu tak berarti karna hanya di isi dengan game 24 jam.Tak salah juga sebenarnya mengisi waktu dengan bermain game tetapi jangan terlalu candu, buat lah game kamu sebagai prestasi dan jika ada perlombaan ikutilah pasti itu akan menjadi kebanggan dalam hidupmu.

Sewaktu SMP aku pernah belajar tentang faktor pembentuk karakter seseorang, urutan pertama adalah teman sebaya, faktor kedua adalah lingkungan sekitar, faktor ketiga orang tua, dan yang terakhir adalah sekolah. Orang tua dan sekolah berada di nomer 3 dan 4 mengapa bisa terjadi seperti itu?, karena anak hanya akan mendengarkan ocehan dari teman temannya ketimbang harus mendengarkan nasehat orang tuanya. Oh miris sekali.. Harusnya kita sebagai anak bisa menerima nasehat orang tua kita walaupun memang nasehatnya tak selaras dengan hati kita tetapi kita harus tetap mendengarkannya, siapa tahu nanti akan berguna saat dewasa. 

Ayahku sering berkata " sejahat jahatnya orang tua mu dia tetap lah orang tua mu, janganlah kamu membuang orang tua mu walaupun ia tak memelihara dirimu"..


Terserah saja.. ini hanyalah opini pribadi, dan aku hanya memberikan pandangan bahwa kita sebagai pemuda harus menghormati orang tua, dan harus bisa memilih pergaulan kita, bergaullah dengan orang orang baik, hindari orang yang merasa baik dan jauhi lah pergaulan yang menenggelamkan kehidupanmu kepada sebuah kriminalitas.

Ibn Imansyah seorang santri tingkat ulya di PP Darussalam Martapura, dilahirkan di Banjarmasin dan dibesarkan di kota Tabalong.

0 Response to "Sepandang kisah pembentukan jati diri"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel